Thursday, May 5, 2016

90% PENYAKIT BERASAL DARI PIKIRAN

Penyakit itu 90% berasal dari pikiran, 10%-nya dari pola makan. Gak Percaya?? Lihat Orang Gila, makan apa pun fisiknya sehat karena pikirannya selalu Happy.
Berikut korelasi daftar penyakit dengan pikiran negatif:
1) MARAH, selama 5 menit akan menyebabkan sistem imun tubuh kita mengalami depresi 6 jam.
2) DENDAM & MENYIMPAN KEPAHITAN akan menyebabkan imun tubuh kita mati.. Dari situlah bermula segala penyakit, seperti STRESS, KOLESTEROL, HIPERTENSI, SERANGAN JANTUNG, RHEMATIK, ARTHRITIS, STROKE (perdarahan / penyumbatan pembuluh darah).
3) Jika kita sering membiarkan diri kita STRESS, maka kita sering mengalami GANGGUAN PENCERNAAN.
4) Jika kita sering merasa KHAWATIR, maka kita mudah terkena penyakit NYERI PUNGGUNG.
5) Jika kita MUDAH TERSINGGUNG, maka kita akan cenderung terkena penyakit INSOMNIA (susah tidur).
6) Jika kita sering mengalami KEBINGUNGAN, maka kita akan terkena GANGGUAN TULANG BELAKANG BAGIAN BAWAH.
7) Jika kita sering membiarkan diri kita merasa TAKUT yang BERLEBIHAN, maka kita akan mudah terkena penyakit GINJAL.
8) Jika kita suka ber-NEGATIVE THINKING, maka kita akan mudah terkena DYSPEPSIA (penyakit sulit mencerna).
9) Jika kita mudah EMOSI & cenderung PEMARAH, maka kita bisa rentan terhadap penyakit HEPATITIS.
10) Jika kita sering merasa APATIS (tidak pernah peduli) terhadap lingkungan, maka kita akan berpotensi mengalami PENURUNAN KEKEBALAN TUBUH.
11) Jika kita sering MENGANGGAP SEPELE semua persoalan, maka hal ini bisa mengakibatkan penyakit DIABETES.
12) Jika kita sering merasa KESEPIAN, maka kita bisa terkena penyakit DEMENSIA SENELIS (berkurangnya memori dan kontrol fungsi tubuh).
13) Jika kita sering BERSEDIH & merasa selalu RENDAH DIRI, maka kita bisa terkena penyakit LEUKEMIA (kanker darah putih).
Sumber : Buku “The Healing & Discovering the Power of the Water” (by : Dr. Masaru Emoto).
Semoga Bermanfaat

Saturday, April 30, 2016

NASEHAT YANG BERHARGA


Inilah di antara tulisan terbaik
Syekh Ali Thanthawi Mesir Rahimahullah:
"Pada saat engkau mati, 
janganlah kau bersedih.
Jangan pedulikan jasadmu yang sudah mulai layu,
karena kaum muslimin akan mengurus jasadmu.
Mereka akan melucuti pakaianmu,
memandikanmu dan mengkafanimu lalu membawamu
ke tempatmu yang baru, kuburan.
Akan ada banyak orang yang mengantarkan jenazahmu
bahkan mereka akan meninggalkan pekerjaan nya untuk ikut menguburkanmu.
Barang barangmu akan dikemas,
kunci kuncimu,
kitab,
koper,
sepatu dan pakaianmu.
Jika keluargamu setuju barang2 itu akan disedekahkan agar bermnfaat untukmu.
Yakinlah;
dunia dan alam semesta tidak akan bersedih dg kepergianmu. Ekonomi akan tetap berlangsung!
Posisi pekerjaanmu akan diisi orang lain.
Hartamu menjadi harta halal bagi ahli warismu.
Sedangkan kamu yg akan dihisab
dan diperhitungkan dari hartamu!
Kesedihan atasmu ada 3;
Orang yg mengenalmu
sekilas akan mengatakan, kasihan.
Kawan kawanmu
akan bersedih beberapa jam atau beberapa hari lalu mereka kembali seperti sediakala dan tertawa tawa!
Di rumah
ada kesedihan yg mendalam!
Keluargamu akan bersedih seminggu dua minggu,
sebulan dua bulan, dan mungkin hingga setahun??
Selanjutnya mereka meletakkanmu dalam arsip kenangan!
Demikianlah
"Kisahmu telah berakhir di tengah tengah manusia".
Dan kisahmu yang sesungguhnya baru dimulai,
Akhirat!!
Telah musnah kemuliaan, harta, kesehatan, dan anak.
Telah engkau tinggalkan rumah, istana dan istri tercinta.
Kini hidup yg sesungguhnya telah dimulai.
Pertanyaannya adalah:
Apa persiapanmu untuk kuburmu dan Akhiratmu??
Hakikat ini memerlukan perenungan.
Usahakan dengan sungguh sungguh.
jalankan kewajiban kewajiban,
hal-hal yg disunnahkan,
sedekah rahasia, merahasiakan amal shalih, shalat malam, Semoga saja engkau selamat.
Andai engkau mengingatkan manusia dengan tulisan ini
insyaAllah pengaruhnya akan engkau temui dalam timbangan kebaikanmu pada hari Kiamat.
"Berilah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat bagi orang orang mukmin." Subhanallah.
Semoga Bermanfaat 

Thursday, February 11, 2016

"KAKEK DAN USTADZ MUDA"


Alkisah suatu saat, seorang kakek yang hadir dalam sebuah pengajian yang dipimpin oleh seorang ustadz muda, bertanya: "Anakku, tadi anakku menyampaikan ceramah tentang aqidah, tentang Allah boleh kakek bertanya, dimanakah Allah itu?"

Sebuah pertanyaan yang membuat sang ustadz muda itu bingung, sangat dalam sekali.

Saat itu pula ia teringat pesan gurunya, jika ada yang bertanya, dimana pertanyaan itu sifatnya bukan karena ingin tahu atau ingin sekedar menguji dan kita tidak tahu jawabannya maka berikanlah jawaban seperti ini

"Sesungguhnya orang yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya ..." (mal mas-ul a'lamu minas saa-il).

Kakek itupun manggut-manggut sambil tertunduk beliau bertanya lagi.

"Anakku, coba ambilkan pelita itu (sebuah kaleng cat minyak yang berisi minyak tanah dan diberi api disumbunya). Boleh kakek bertanya, kapan pelita ini disebut pelita?"

Kembali sang Ustadz memberikan jawaban:
"Kakek, saya tidak bisa menjawabnya, terangkanlah kepada saya."

Sang kakek bukannya menjawab, namun malah memberikan pertanyaan baru lagi:
"Jika kakek tiup api diatas pelita ini, kakek bertanya, tahukah kamu anakku, kemana perginya api itu ?"

ALLAHU AKBAR !! (Teriak bathin sang ustadz muda, selama ini ia tidak pernah berfikir tentang kemana perginya api ketika ditiup dari pelita yang hidup ... Oh iya ya ... kemana perginya api itu, bahkan tidak berbekas sama sekali)

Kembali ia menjawab:
"Saya tidak tahu, Kek ... Berikan ilmu itu kepada saya."

Kakek itu kembali tidak menjawabnya ...
Beliau justru menanyakan nama si ustadz muda tsb.
"Nak, siapa namamu ?"
Ustadz muda itu menjawab: "Abdullah."

Kakek itupun manggut-manggut lagi. Sang ustadz makin bertambah heran dengan kakek ini.
"Boleh Kakek bertanya lagi, dimana Abdullah itu ?" tanya sang kakek kepada ustadz muda itu.

Wah pertanyaan apa lagi ini pikirnya, untuk yang satu ini, ustadz itu menjawab: "Di depan kakek, inilah Abdullah."

Si kakek tua itu hanya menggeleng-gelengkan kepala dan merenung sejenak.

Sang ustadz-pun terbawa suasana merenung seperti kakek ini dan tiba-tiba sang kakek menepuk bahu ustadz muda sambil memanggil namanya, "Abdullah ... !"

Dengan spontan ustadz itu menjawab: "Saya, Kek !"

Kakek itu tersenyum kemudian mengatakan:
"Anakku, barusan kakek merasakan adanya Abdullah, karena bagimu Abdullah itu tidak ada.
Jika kau pegang tanganmu, itu tangan Abdullah,
Jika kau pegang keningmu, itu kening Abdullah,
Jika kau pegang kepalamu, itu kepala Abdullah,
Jika kau pegang tangan dan kakimu, itu adalah tangan dan kaki Abdullah, lalu DIMANAKAH ABDULLAH ITU ??
Abdullah itu ada, saat begitu banyak orang merasakan banyaknya manfaat kehadiran dirimu, sehingga banyak orang menyebut namamu, anakku."

"Demikianlah perumpamaan Allah SwT ...
Sesungguhnya Allah itu sudah ada sebelum apapun ada di alam raya ini. Allah SwT itu sudah ada bahkan kalaupun alam raya ini tidak diciptakan olehNYA. Tapi Allah itu tidak ada "bagimu"... jika kamu tidak pernah mengerti tentangNYA.
Kau sebut langit itu adalah langit ciptaan Allah,
Kau sebut api itu adalah api ciptaan Allah,
Kau sebut air itu adalah air ciptaan Allah,
Lalu dimanakah Allah ?
Anakku, Allah SwT itu ada bagimu bila kau selalu menyebut namaNYA.
Kau dzikirkan disetiap hembusan nafasmu.
Maka kamu akan merasakan Allah selalu ada bersamamu.
Maka Allah itu ada bagimu.. Karena ada dan tidak adanya dirimu, Allah itu tetap ada ... !!" demikian si Kakek menjawab panjang.

Masya Allah ... sebuah ilmu yang tidak mungkin ia dapatkan di bangku kuliah ...

"ALLAHU AKBAR ... ALLAHU AKBAR ... WALILLAHILHAMD ...", gumam sang ustadz.

Kakek itu bersiap untuk pergi tetapi sebelum perpisahan dengan kakek itu, ia masih penasaran dengan perumpamaan pelita yang ditanyakan tadi.

"Maaf, Kek ... Lantas apa maksud kakek dengan pelita tadi ?"

Sang kakek-pun lanjut menjelaskan:
"Pelita itu tidak bisa kamu sebut pelita tanpa ada apinya ... Ketika pelita itu tidak ada apinya ... Itu hanya bisa disebut kaleng cat minyak yang berisi minyak tanah dan bersumbu, itu saja ...
Pelita itu baru bisa kau sebut pelita, apabila kau berikan api di sumbunya ... Ini bermakna demikianlah manusia ...
Ketika ruhnya tidak ada, maka dia ibarat hanya bangkai yang berjalan ...
Sehingga yang perlu kau hidupkan setiap hari adalah Ruh-nya ... Sehingga dia bisa menerangi dan memberikan manfaat bagi sekitarnya".

ALLAHU AKBAR ... !!! teriak bathin si ustadz muda.

Kembali sebuah nasehat yang luar biasa ini baginya, dan ketika sebelum ia cium tangannya, sang Kakek ini membisikkan ke telinganya:
"Anakku, ingatlah saat api diatas pelita itu ditiup ... Api menghilang, tak berbekas dan kau tidak bisa melihatnya lagi ... Bahkan bentuk, rupa dan rasa panasnya, sudah tidak bisa kau lihat dan rasakan ... Bahkan kau tanyakan seribu kali kemana perginya api itu-pun kau tidak akan bisa menjawabnya ... Demikianlah dengan "Ruh", anakku ... Saat dia pergi dari jasadmu dia tidak akan membentuk apapun bagimu ...
Dia seakan-akan raib sebagaimana DZAT yang menciptakannya ...
DIA-lah Allah Subhanahuwata'ala ... Maka rawat dengan benar Ruh yang ada dalam jasadmu ...
Wassalamu'alaikum", salam sang Kakek kepada ustadz itu.

"Wa'alaikumussalaam" jawab si ustadz sembari menitikkan air mata.

Wallaahu 'alam bish-shawwab ...
Semoga bermanfaat ... 😊

Wednesday, February 10, 2016

Musuh Terbesar adalah Kita Sendiri


Seekor ular cobra memasuki gudang tempat bekerja tukang kayu yg sdh pulang utk istirahat, sudah menjadi kebiasaan tukang kayu membiarkan sebagian peralatan kerjanya berserakan tanpa merapikannya, ketika ular masuk kedalam gudang tanpa sengaja merayap diatas gergaji.
Tajamnya mata gergaji menyebabkan perut si ular terluka tetapi ular beranggapan gergaji itu menyerangnya, ular pun membalas dengan mematok gergaji itu berkali-kali, serangan itu mengakibatkan luka parah dibagian mulutnya.
Marah dan putus asa si ular mengerahkan kemampuannya, jurus terakhir untuk mengalahkan musuhnya ular pun membelit kuat gergaji itu maka tubuhnya pun terluka amat parah dan akhirnya ular pun mati.

Terkadang disaat kita marah kita begitu ingin melukai orang lain, tetapi sesungguhnya tanpa kita sadari yang dilukai adalah diri kita sendiri. Mengapa? Karena perkataan dan perbuatan disaat marah adalah perkataan dan perbuatan yang biasanya akan kita sesali dikemudian hari...

Musuh terbesar dalam hidup kita adalah diri kita itu sendiri...

Tuesday, February 9, 2016

SANG TELADAN ITU SI PENJUAL KORAN

RENUNGAN HARI INI

SANG TELADAN ITU
SI PENJUAL KORAN

Pagi itu penjaja koran berteduh di emperan toko. Sejak subuh hujan turun cukup deras, yg membuatnya tidak bisa menjajakan korannya.
Terbayang di benakku, tidak ada satu rupiah pun  uang yg akan ia peroleh kalau hari terus hujan. Namun, kegalauan yg kurasakan ternyata tdk tampak sedikitpun
di wajah Penjual Koran Sang Teladan itu.
Hujan masih terus turun. Si penjaja koran pun tetap duduk di emperan toko sambil tangannya memegang sesuatu. Tampaknya seperti sebuah buku. Kuperhatikan dari kejauhan, lembar demi lembar ia baca. Awalnya aku tdk tahu apa yg sedang ia baca. Namun saat kudekati, ternyata.. AL-QURAN  yg dibacanya..
Kudekati dan kusapa dia .....

+ "Assalamu 'alaikum"
- “Waalaikum salam"
+ “Bagaimana jualan
     korannya, Mas" ...
- “Alhamdulillah, sudah
    satu yg terjual.”
+ “Wah susah juga ya
    kalau hujan begini" ...
- “Insya Allah ada
    rizkinya.”
+ “Terus, kalau hujannya
    sampai sore?”
- “Itu artinya rizki saya
   bukan jualan koran,
   tapi banyak berdoa.”
+ “Kenapa?”
- “Kata Rasulullah  SAW,
Saat hujan adalah saat mustajab utk berdoa.
   Punya kesempatan
   berdoa, juga rizki
   namanya.”
+ “Lantas, kalau tidak
    dpt uang?”
- "Berarti, rizki saya
    bersabar"
+ "Kalau tdk ada yg
    dimakan"? .....
- “Berarti rizki saya
    berpuasa"
+ “Kenapa Mas bisa
    berpikir seperti itu?”
- “Allah SWT yg memberi
    rizki. Apa saja rizki yg
    diberikan Nya dan
    saya  mensyukuri.
    Selama jualan koran,
    meskipun tidak laku,
    dan sekalipun harus
    puasa, tapi saya blm
    pernah kelaparan"
    katanya dg mantap
    dan ihlas menutup
    pembicaraan

Sahabat ...
Hujan pun reda.
Si penjaja koran bersiap-siap utk berjualan.
Ia pamit sambil memasukkan Al-Quran ke dlm tas gendongnya.
Aku termenung ... .....
tanpa kusadari kacamataku menjadi gelap krn kucuran tangisku.
Aku trenyuh thd diri sendiri setelah menyimak kalimat tausiah yang diucapkan srorang loper koran.
Ya Tuhan begitu besarnya Imannya kepada Mu.
Ada penyesalan di dalam hati. Kenapa kalau hujan aku masih resah-gelisah. Khawatir tidak dapat uang ..
khawatir rumahku terendam banjir ............
khawatir tdk dpt hadir
di undangan .................
Khawatir akan penyakit yg berada dlm tubuh ....
Khawatir akan masa depan anak ..................
Khawatir akan kalah gugatan di pengadilan ..
khawatir tidak dapat klien
Khawatir tdk dpt bertemu  kawan seprofesi .
Kembali baru kusadari, rizki bukan semata uang. Bisa bersabar, berpuasa, berdoa, beribadah kesalehan sosial lain apapun itu, adalah juga rizki dari Allah SWT.
Sahabat .......................
Rizki hidayah dan bisa bersyukur adalah jauh lebih bermakna daripada pekerjaan dan uang. Dari apapun juga .................😊

BUKTI ALQUR'AN FIRMAN ALLAH SWT

JIKA  ADA ORG  YG BERTANYA KPD MU ... APA BUKTINYA BAHWA ALQUR'AN ITU MEMANG DARI ALLAH PENCIPTA JAGAD RAYA INI DAN BUKAN SEKEDAR KARANG...